PRESIDEN Joko Widodo secara resmi membuka rangkaian Presidensi G20 Indonesia. Momentum itu ditargetkan untuk berkontribusi dalam pemulihan ekonomi global. Melalui tema Recover Together, Recover Stronger, Presiden menngharapkan Presidensi G20 Indonesia memberikan semangat baru untuk mewujudkan tatanan dunia.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengajak masyarakat Indonesia dapat memahami dan mengamplifikasi pesan kunci Recover Together, Recover Stronger dari Presidensi Indonesia. Oleh karena itu, Kementerian Kominfo juga menyediakan portal informasi yang bisa digunakan sebagai referensi Keketuaan Indonesia dalam Forum G20.

“Kita harapkan betul pesan kunci dari Presidensi Indonesia, yaitu Recover Together, Recover Stronger, itu bisa diamplifikasi dengan baik, agar dipahami oleh masyarakat Indonesia serta dunia,” ujarnya.

Menkominfo menyatakan dengan dimulainya Presidensi G20 Indonesia, secara otomatis juga menandai peluncuran portal keketuaan g20.org yang akan menjadi referensi seluruh rangkaian aktivitas kegiatan Forum G20.

“Dalam hal ini akan dikelola oleh Kementerian Kominfo. Kita harapkan nanti portal ini juga yang menjadi referensi informasi semua aktivitas dan kegiatan G20,” ujarnya.

Menurut Menteri Johnny, dalam portal itu disediakan akses multilingual sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh representasi anggota G20.

“Tidak hanya tersedia dalam bahasa Inggris, namun juga Kominfo akan menyediakan dalam bentuk multilingual. Ini nanti kita akan siapkan, masih 1 tahun ke depan. Kita akan mengikuti apa yang setidaknya, minimalnya sama dengan website-website dari G20 sebelumnya,” jelasnya.

Menkominfo menjelaskan, ada lebih dari 150 kegiatan dalam rangkaian Presidensi G20 yang dilaksanakan di 9 kota di Indonesia. Puncaknya akan berlangsung Leader Summit pada akhir bulan Oktober tahun 2022 mendatang.

“Ada banyak kegiatan diawali melalui Sherpa Track yang dimulai dari tanggal 7-9 Desember 2021. Kemudian dilanjutkan dengan Finance Track pada tanggal 9-10 Desember bulan ini. Selanjutnya, agenda-agenda itu akan dilakukan di berbagai kota di Indonesia,” paparnya.

Menurut Johnny, Kementerian Kominfo akan mengupayakan dukungan 5G Experience dan infrastruktur jaringan telekomunikasi 4G yang kuat dalam setiap penyelenggaraan rapat penting G20.

“Sehingga kita berharap untuk pelaksanaan G20 ini bisa berlangsung lancar dan didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang memadai,” ujarnya.

Menurut Menkominfo, Pemerintah memprioritaskan tiga isu dalam Presidensi G20. Hal itu sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang mencakup isu kesehatan yang inklusif, transformasi digital dan transmisi energi.

“Ini tiga isu penting kita saat ini, di mana Indonesia berharap bisa menjadi jembatan dan menyuarakan kepentingan masyarakat dari negara-negara yang berkembang untuk dibicarakan bersama negara-negara yang tergabung dalam G20,” tuturnya.

Berkaitan dengan isu transformasi digital, Johnny menyatakan Kementerian Kominfo akan membahas cross-cutting issue dalam Digital Economy Working Group dengan menekankan tiga agenda prioritas.

“Ini kami sudah bicarakan. DEWG ini ada tiga subject yang akan dibawa oleh Indonesia, yaitu konektivitas digital dan pemulihan pascaCovid-19, literasi digital serta cross-border data flow dan data free-flow with trust. Saat ini ada tiga isu yang akan kita sajikan dalam pembahasan selama sidang Digital Economy Working Group G20,” jelasnya.

Menurut Menkominfo, dalam Forum Sherpa Track, Finance Track, Engagement Group dan Working Group lain, isu transformasi digital juga menjadi bahan pembahasan. Baik transformasi digital di sektor keuangan dan perbankan, bank sentral, perdagangan dan e-commerce, kesehatan, maupun pendidikan.

“Jadi memang ada banyak cross-cutting issue. Tentu kita berharap bahwa penggelaran ICT infrastructure yang lebih merata di Indonesia, yang memperkecil disparitas digital akan menjadi tonggak dan pilar penting (enabler) agar masyarakat Indonesia mengambil bagian aktif dalam transformasi digital,” harapnya.

Dalam mewujudkan ketiga prioritas itu, Johnny menyatakan Indonesia perlu membangun kerja sama diantara negara-negara G20 yang menguasai dan melibatkan lebih dari 80% ekonomi dunia. Bahkan, Menkominfo mengharapkan nantinya hasil pembahasan akan dapat mengantar masyarakat dunia ke tahapan migrasi ke ruang digital dan transformasi digital sebagai tonggak penting mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama.

“Bapak Presiden Joko Widodo selalu menekankan inklusivitas bersama, bagaimana negara-negara yang sudah lebih maju membantu yang sedang berkembang. Negara yang sudah lebih kaya membantu negara-negara yang sedang berkembang dan seterusnya. Intinya Indonesia akan menyuarakan agar solidaritas, keadilan (justice) bagi semua bisa kita wujudkan dan kerja bersama,” tuturnya.

Menteri Johnny menyatakan guna menyukseskan Presidensi G20 Indonesia tahun 2022, Pemerintah telah menyiapkan dua skema antisipasi jika terjadi masalah yang luar biasa akibat pandemi Covid-19.

“Saya kira itu ada di Sherpa Track dan Finance Track, itu ada di sana, tetapi memang pada saat ini, kita, Indonesia, menyiapkan dua skema. Skema yang pertama jika terjadi masalah yang luar biasa dari varian baru pandemi Covid-19 yang berbahaya, tentu kita akan lakukan secara digital. Kita sudah siapkan itu,” ungkapnya.

Adapun skema kedua Pemerintah Republik Indonesia akan menyelenggarakan pertemuan hibrida atau secara virtual maupun secara fisik. Namun demikian, apabila pengendalian pandemi Covid-19 ini dari waktu ke waktu semakin membaik, Pemerintah akan mengedepankan penyiapan pertemuan secara fisik.

“Tentu dengan memperhatikan perkembangan Covid-19. Saat ini ada banyak negara anggota yang berhubungan dengan G20, sedang berusaha keras mengatasi sebaran varian baru Omicron. Pertemuan G20 nanti tidak saja diikuti pemimpin-pemimpin negara G20, tetapi juga melibatkan banyak organisasi multilateral lain, melibatkan banyak lembaga privat, baik itu di Working Group maupun Engagement Group,” jelas Menkominfo. (RO/OL-7)