WAKIL Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengatakan, prinsip Indonesia yang tidak memihak dalam pertikaian geopolitik dunia yang semakin tajam akan memiliki posisi sentral untuk menjembatani berbagai perbedaan kepentingan saat menjadi Presidensi G20 2022. Hal itu disampaikannya dalam acara Prime Time News Metro TV mengenai Peran Strategis Indonesia di Presidensi G20.
“Indonesia yang memiliki politik luar negeri bebas aktif dan kemampuan Bapak Presiden (Joko Widodo) untuk menjembatani karena memiliki hubungan yang baik dengan seluruh pemimpin dunia akan menjadi sentral dan dipercaya untuk melakukan presidensi ini,” katanya, Kamis (2/12).
Untuk diketahui, dalam Presidensi G20 Indonesia akan fokus pada tiga hal, yaitu penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi berbasis digital dan transisi menuju energi berkelanjutan. Terkait itu, Mahendra mengatakan bahwa itu merupakan ciri kepemimpinan Presiden Jokowi yang tidak retorikal dan seremonial, tetapi ingin yang konkret.
“Dalam G20 sekarang ini banyak sekali isu yang dibahas. Pak Jokowi sampaikan pesan, kita tidak usah mencoba membahas semuanya tapi tidak ada hasil konkret, mari kita tentukan tiga prioritas. Memang ini tidak akan menyelesaikan seluruh masalah dunia, tapi kalau ada hasil konkret akan memberikan kontribusi yang luar biasa baik untuk pandemi, pemulihan ekonomi, isu pemerataan dan pembangunan berkelanjutan,” tuturnya.
Terkait langkah yang diambil pemerintah untuk memastikan penyelenggaraan G20 berjalan lancar di tengah pandemi, Mahendra menyampaikan bahwa pemerintah terus memantau, merespons dan menyikapi kondisi pandemi.
“Jangan panik, karena itu akan menyampaikan pesan bahwa kita tidak tahu pasti mengenai bagaimana proses kepemimpinan kita, karena itu juga memberikan sinyal yang salah,” ucapnya. Pemerintah, sambungnya, melakukan langkah-langkah yang ada, yang berbasis pendekatan dan perhitungan ilmiah, serta melakukan protokol kesehatan yang baik.
Pada kesempatan yang sama, Peneliti CSIS Dandy Rafitrandi menyampaikan bahwa tahun 2022 merupakan tahun yang sangat strategis. Saat memegang Presidensi G20, Indonesia akan mengusung tema recover together, recover stronger. Adapun tema yang diangkat terkait dengan pemulihan, menurut Dandy, pemulihan tersebut merupakan pemulihan yang komprehensif.
“Ini salah satu kontribusi terbesar Indonesia di tahun depan untuk bagaimana kita bisa melahirkan kembali kerja sama-kerja sama yang mungkin mulai pudar akibat pandemi,” katanya.
Selain itu, dia juga menekankan bahwa Indonesia harus bisa memanfaatkan semaksimal mungkin gelaran G20 nanti. Dengan gelaran G20 yang akan berlangsung di banyak kota, menurutnya, pemerintah daerah dan masyarakat setempat harus berperan untuk bisa menggerakkan ekonomi lokal.
“Saya sangat menyarankan untuk pemerintah baik pusat dan daerah bekerja sama dengan masyarakat daerah untuk bisa memaksimalkan potensi ekonomi yang ada di G20 biar berdampak langsung. Juga dampak strategis bagaimana kita bisa menjadi leader bagi negara G20 untuk bisa men-set agenda global dan meningkatkan kerja sama global di tiga topik tadi,” tandasnya. (OL-7)