Dijelaskan oleh dr. Arina Heidyana, perimenopause merupakan tahap transisi dalam reproduksi wanita.
Biasanya, perimenopause dimulai pada pertengahan hingga akhir usia 40-an. Namun terkadang, perimenopause dapat dimulai lebih awal.
“Perubahan yang terjadi saat perimenopause biasanya dikaitkan dengan istilah hot flashes yang dapat menyebabkan gejala, seperti sakit kepala, nyeri payudara, hingga perubahan periode menstruasi,” ucap dr. Arina
Melansir dari Healthline, gejala perimenopause dapat berlangsung selama 4 tahun sebelum menopause.
Kemudian, tubuh akan beralih dari masa perimenopause ke menopause setelah 12 bulan tanpa pendarahan atau bercak menstruasi.
Perimenopause bisa menyebabkan menstruasi Anda yang tadinya teratur menjadi tidak teratur.
Sebelum perimenopause, kadar hormon estrogen dan progesteron akan naik dan turun dalam pola yang konsisten.
Akan tetapi, saat masa perimenopause, kadar hormon tersebut berubah menjadi tidak menentu. Hal inilah yang menyebabkan pola perdarahan tidak teratur selama menstruasi.
Selama perimenopause, Anda dapat mengalami kondisi menstruasi seperti berikut ini:
Umumnya siklus menstruasi terjadi setiap 28 hari hari sekali. Saat perimenopause, menstruasi Anda mungkin menjadi jarang atau lebih sering.
-
Tidak mengalami menstruasi
Beberapa bulan menjelang menopause, mungkin Anda tidak akan mengalami menstruasi sama sekali.
Beberapa wanita kerap mengira hal itu sudah menjadi tanda sudah memasuki menopause. Kendati begitu, tunggu sampai 12 bulan untuk memastikan bahwa Anda benar-benar mengalami menopause.
Wanita mungkin mengalami perdarahan yang lebih banyak saat perimenopause.
Perdarahan haid yang ringan dapat terjadi di masa perimenopause. Terkadang, bercak darah yang muncul samar-samar sehingga tidak terlihat seperti sedang menstruasi.
Anda mungkin mengalami perdarahan dalam waktu 1-2 hari atau bisa lebih dari seminggu.